Rabu, Mei 15

Brownies Terakhir

cuaca hari ini sungguh tidak mendukung. Bagaimana tidak? langit begitu mendung, hujan turun cukup deras terdengar bunyi petir beberapa kali. Aku hanya bisa memandang ke luar rumah lewat jendela kamarku. tanpa sadar air mataku jatuh. Aku menangis,
bodoh! kenapa aku harus menangis? segera ku hapus air yang membasahi pipiku aku tak ingin terlihat gadis yang cengeng. lama aku melamun memandangi setiap air yang jatuh dari langit.

di sekolah..
semua anak kelasku ribut. mereka saling bertanya satu sama lain perihal brownies yang ada di setiap meja mereka. Viola salah satu temanku berkata "ini enak!" setelah ia mencicipi brownies yang ku taruh di meja semua anak kelas. Ya aku lah yang menaruh puluhan Cake Brownies di meja teman-temanku tanpa mereka ketahui. Dan aku juga berpura-pura mencicipinya dengan riang gembira bersama teman-temanku. Bahkan aku sempat berkata pada mereka bagi yang tak ingin mencicipinya biar aku saja yang memakannya. Tak diherankan semua anak kelasku teryata menyukai Brownies buatanku. Teeeett... teeeettt........teeeeeeeeeeeeeetttt bunyi bel masuk berbunyi kerumunan teman-temanku langsung menduduki bangku masing-masing, termasuk aku. Setelah duduk di bangkuku Bu Lastri guru Seni ku masuk. dan pelajaran pun dimulai...
keesokan harinya aku kembali menaruh sepotong brownies di setiap meja anak kelasku, ku lakukan perbuatan itu pagi-pagi sekali. "pagi-pagi begini mana ada siswa yang mau berangkat sepagi ini. Yahh kecuali aku" ucapku.

"Calista?" sebuah suara mengagetkanku ketika aku hendak mengeluarkan brownies dari dalam kantongku.
aku membalikkan badanku

 "Tio? kamu ngapain disini?" tanya ku balik pada cowo teman kelasku.
"Jadi kamu yang kemarin naruh puluhan Brownies di meja anak-anak kelas?" Tio buru-buru bertanya.
"Aku bisa jelasin, tapi aku minta rahasia ini jangan sampai bocor. Aku gak mau temen-temen yang laen tau! :("
"Okeh aku janji"
kemudian aku dan Tio saling mengobrol aku berusaha menjelaskan tapi setiap kata yang kuucap rasanya sungguh tidak nyambung. Dan kurasa Tio kurang bisa memahaminya. Aku memang tak pandai berkata-kata menjelaskannnya saja susah. tapi kulihat Tio berusaha memahami, dan dari tatapan matanya itu ku tahu dia sungguh akan menjaga rahasia ku yang tadi ia lihat.

3 bulan kemudian...
mungkin udah saatnya aku pulang.. air mataku menetes aku menangis untuk kesekian kalinya.
"Ita, ita gak boleh nangis semua baik-baik aja kok" Bundaku yang duduk di sampingku menghiburku
"gak bun, hidup ita udah gak lama lagi ita mau minta maaf sama bunda. sering nyakitin bunda, cuek sama bunda sama ayah. ita minta maaf bunn. ita sayang bunda" ucapku sambil air mata yang terus mengalir..
bundaku kemudian menangis..
braaakkk suara pintu terbuka "ITA!!!!!!!!!!!" sebuah suara yang sangat kencang dan yang ku tahu itu adalah suara anak-anak kelasku. Mereka datang mereka menjenguknya.
awalnya mungkin merasa senang. tapi aku bisa dengar mereka terpaksa menjengukku karna di paksa wali kelasku. sedih batinku mendengar itu semua, namun aku tahu sahabat-sahabatku tak seperti teman-teman yang lain.
-skip

hari ini bunda sedang kerja. aku di rumah sakit tepatnya di kamar senddiri. tak masalah ada suster yang siap siaga mengecek ke kamarku apa aku baik-baik saja.
aku mencoba bangkit dari kasur empukku. perlahan aku turun menuruni tempat tidurku. namun ahh hampir aku terjatuh untung ada Tio yang kemudian memapahku.
"kamu kan lagi sakit? mau ngapain? gak di sekolah di rumah masih aja ya jasadmu suka berkeliaran!"
"cerewet banget sih aku kan cuma mau jalan-jalan."
"boleh aku temani?"
aku tersenyum, "enggak!" aku mencoba berjalan meninggalkan Tio tapi tio menghalangku dan tanpa sengaja aku mengelaknya dengan tangan kiriku. kemudian infus yang menancap di tangan kiriku tak seimbang, sehingga keluarlah darah.
"suster suster!" panggil Tio sambil keluar dari kamar
kemudian suster segera menolongku. dan aku kembali ke tempat tidurku.

"Maaf ya, pasti sakit" ucap Tio angkat bicara setelah kami saling berdiam
"gak papa, bukan kamu yg salah harusnya aku lebih hati-hati lagi"
"mukamu pucat"
"jangan mengalihkan perbincangan dong -___-"
"tapi beneran mukamu tuh pucat banget, mau aku panggil dokter"
kreeek bundaku masuk kamarku, belum sempat aku menjawab Tio sudah akan pamit dengan bundaku. biasalah orang sok manis ihh nyebelin dehh.

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar